BENCI JADI CINTA


   Pagi hari ini aku sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah. Karena nanti sehabis pulang sekolah ada acara Pentas Seni di sekolahku yang akan mendatangkan band ke sukaanku yaitu Vierra. Ketika aku sedang ingin mengeluarkan sepedaku, aku bertemu dengan seorang cowok yang sangat menyebalkan.  Aku sangat membencinya, namanya Rio. Rio adalah tetanggaku dari kecil, kami tinggal berdekatan. Sejak kecil Aku dan Rio selalu di tempatkan di sekolah yang sama dari TK sampai sekarang aku SMA. Kedua orang tua kami sangatlah akrab, tapi berbeda dengan kami. Aku dan Rio tidak pernah akur,kami selalu bertengkar kalau bertemu. Dia selalu membuatku marah-marah karena sikapnya yang selalu menggangguku. Dia juga seorang touble maker di sekolah. Bagiku, dia tidaklah lebih dari seorang pengganggu.
                                             

    "Haduuuh, pagi-pagi udah ketemu aja sama nenek sihir..." Ucap Rio sambil memanaskan motornya di depan teras rumahnya. "Apa lo bilang? Mana ada nenek sihir cantik kayak gue,haha."jawabku. "Apaan?cantikk?makanya lo kalo ngaca jangan di aer kobokan dong!hahaha." Ucap Rio. "Ish dasar lo nyebelin!!!!" Teriakku sambil menggowes sepadaku. Di perjalanan aku bertemu dengan Rio lagi, dia pun berkata "Hari gini masih aja naik sepeda butut!hahaha."  "Lah biarin aja naik sepeda,sehat. Dari pada lo kerjaannya bikin polusi doang."jawabku sambil menggowes sepedaku dengan cepat.
                                            
    Perbincanganku dengan Rio cukup memakan waktu lama ,sampai-sampai aku hampir saja terlambat ke sekolah. Sesampainya di kelas,sudah ada Rio sedang yang sedang duduk-duduk di meja sambil memainkan kertas. "Yah payah amat jam segini baru sampe,naik sepede butut sih!hahaha" Timpal Rio sambil melemparkan kertas ke arahku. Aku pun mengambil kertas itu dan menghampirinya sambil berkata "Bukan urusan lo!"jawabku dengan kesal sambil melempar kertas ke arahnya.
                                            
    Akupun duduk dikursi ku,aku duduk dengan Anggun. Dia adalah sahabatku sejak dulu. Kami sangat dekat. "Udah sih tin,jangan lo ladenin terus si Rio. Nanti dia malah kesenengan.. "ucap Anngun. "Iya..iya."jawabku. "Oiya, lo udah ngerjain tugasnya bu Yuyu?" "Oiyaaaa!!! Gue lupa banget,duuh gimana ini.." jawabku dengan panik. "Duuh gimanasih lo sampe lupa gitu, udah tau dia orangnya killer.." ucap Anggun. "Iya gue lupa banget,soalnya tadi malem abis nganterin nyokap ke dokter gue langsung tidur.." jawabku. "Yaudaah buruan nih salin aja punya gue." Ucap Anggun sambil memberikan bukunya. Akupun langsung mengerjakannya dengan cepat. "Beruntung banget gue punya sahabat kayak lo.." ucapku sambil mengembalikan bukunya. "Udah selesai lo?iyaaa gue juga beruntung banget punya sahabat kayak lo tinaa." Jawab Anggun sambil memelukku.
                                           
   "KRIIIIINGGG......KRIIIINGGG." bel masuk sudah berbunyi. Bu Yuyu guru bahasa Indonesia masuk ke dalam  kelas.  "Pagi anak-anak...ayo cepat kumpulkan tugas kalian ke depan!"perintah bu Yuyu. Aku dan Anggun pun segera mengumpulkan tugasku kedepan. "Siapa yang belum mengumpulkan tugas?ayo cepat maju ke depan!"tanya bu Yuyu. Rio pun maju dengan santainya. "Aduh Rio kamu lagi..kamu lagi! Sampai bosan ibu marahin kamu!" Ucap bu Yuyu. "Tuh kan ibu aja bosen marahin saya, saya juga bosen bu ngerjain tugas mulu.." jawab Rio. "Hahahahaha."anak-anak kelaspun tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Kamu ini dibilangin malah ngelawan! Ayo cepat berdiri di depan sana sampai jam pelajaran ibu selasai!" Perinta bu Yuyu dengan tegasnya. "Hahahaha. Emang enak! Hukum aja tuh bu sekalian di tiang bendera. Biar tau rasa. Haha" ucapku dengan senangnya. "Tina!sudah diam,apa kamu ingin ibu hukum juga seperti Rio?" Ucap bu Yuyu. "Gak bu..." jawabku.
                                        
     Tak terasa, bel pulang sekolahpun berdering juga. Semua anak-anak berhamburan ke luar kelas. Aku pun juga. Aku tidak sabar untuk menyaksikan pertunjukkan pentas seni nanti malam di sekolahku. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku untuk bersiap-siap dan memilih-milih baju yang akanku pakai nanti di acara pensi itu. "Tinaaaaa..... ayo cepat turun! Udah mama masakin ni..." Teriak mama dari meja makan. "Iya maa....sebentar lagi."jawabku. Aku pun turun untuk menemui mama. "Aduuh anak mama udah cantik banget mau kemana sih?" Tanya mama sambil menyendokkan nasi ke piring. "Kan aku udah bilang ma,aku bakalan pergi ke acara pensi di sekolahku.." jawabku sambil mengunyah makananku. "Oh iyaya mama lupa..kamu naik apa ke sana?" Tanya mama. "Aku berangkat bareng anggun ma.."jawabku. "Oh yasudah...hati-hati yaa..jangan pulang malem-malem!"ucap mama sambil mencium keningku..
                                    
    Akupun berangkat dengan Anggun menggunakan motornya. Sesampainya di sekolahku, sudah ramai oleh pengunjung yang ingin menonton pensi sekolahku ini. Akupun langsung menyelinap ke depan panggung untuk bisa melihat band vierra lebih jelas. Aku sangat senang bisa melihat vierra tampil dengan keren. Sampai-sampai aku baru menyadari kalau sudah jam 11 malam.  Anggun sudah pamit untuk pulang duluan,karena ada keperluan mendadak. Aku pun panik tak tau harus pulang dengan siapa. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam,jalanan pun makin sepi dan tidak ada kendaraan lagi,aku pun menangis karena panik bercampur takut. Tiba-tiba ada sorot lampu motor menghampiri aku,aku ketakutan. Ternyata itu Rio. "Udah gausah nangis gitu,cengeng amat lo jadi cewek. Udah buruan naik!" Ucap Rio. "Ngapain lo di sini?" Tanyaku sambil menghapus air mataku. "Udah gausah banyak nanya,mau bareng gak?"tanya Rio lagi. Akupun mengangguk dan langsung naik ke atas motornya. Di perjalanan kami hanya diam. Sesampainya di depan rumahku, akupun turun dan mengucapkan terima kasih kepadanya. "Makasih ya Rio, kalo gak ada lo gue gatau pulang sama siapa.."ucapku. "Iya.."jawab Rio dengan singkatnya sambil memaukkan motornya ke teras rumahnya. "Ihhh sialan udh gue ucapin makasih juga,bukannya di bales!!!!"umpatku dalam hati. Akupun masuk ke dalam rumah, di ruang tamu sudah ada mama yang menungguku. "Tinaa! Jam berapa ini? Kan mama bilang jangan pulang terlalu malam.." umpat mama sambil bertolak pinggang. "Iya ma, maafin Tina ya ma. Tadi tina lupa waktu.."jawabku. "Iya sudah cepat naik ke atas dan ganti bajumu lalu tidur ya.." ucap mama sambil berjalan menuju kamarnya.
                                           
    Sejak kejadian malam itu,aku baru menyadari bahwa Rio lumayan baik orangnya,dan sebenarnya dia memiliki wajah yang tampan. Dan dia sebenarnya juga memiliki otak yang cerdas. Hanya saja dia terlalu malas dan sering melalaikan tugas-tugas. Kalau saja dia rajin pasti dia bisa jadi juara di kelas. Tetapi tetap saja dia terlalu  menyebalkan bagiku. Waktu itu saja dia pernah mempermalukanku di depan umum. Dia menyelengkat kakiku sehingga aku terjatuh di depan banyak orang,belum lagi dia sering menggembeskan sepedaku,dan masih banyak lagi. Hampir setiap hari aku selalu bertengkar dengannya. Kami sering di juluki Tom and Jerry oleh teman-teman. Tetapi seoring dengan berjalannya waktu, aku dan Rio sudah bisa mulai akur. Aku bisa merasakan nyaman saat di dekatnya. Terkadang candaan-candaan lucu yang kami lakukan membuat aku dan Rio sekamin dekat. Kami jadi sering bersama. "Ciee...ciee pasangan serasi banget nih yee.."ucap Anggun dan anak-anak yang melihatku dan Rio melintas di koridor. "Yee palalo peyang!"ucap Rio. "Ih Rio emang ada yang aneh ya dengan kita?" "Hmm entahlah.."jawab Rio sambil merangkul pundakku.
                                          
    Hari demi hari sudah berlalu, tidak terasa aku sudah berada di penghujung akhir sekolah. Dan artinya, aku dan para siswa di sekolahku akan melaksanakan Ujian Nasional. Itu artinya kami semua akan berpisah. Suka dan duka berkecambuk di pikiranku,senang karna bisa cepat-cepat bisa meraskan kuliah dan sedih karna harus berpisah dengan teman-temanku. Suatu hari, Rio menghampiri aku di rumah untuk mengajakku belajar bersama. "TINAAAA....TINAAA....." teriak Rio dari depan pagar rumahku. "Apaan sih lo, ganggu banget orang lagi belajar juga!" Jawabku, padahal aku sangat senang dia memanggilku. "Wah kebetulan banget dong? Belajar bareng gue yok.." ucap Rio. "Yaelaah belajar tinggal belajar..yaudah mau dimana?"tanyaku. "Kalau di luar rumah aja gimana? Sekalian kita jalan..." Jawab Rio. Hatiku berdesir saat Rio mengajakku jalan.. "WOOOOIIII."Teriak Rio. "Ha apaansi lo pake teriak-teriak segala , gue juga denger kaliiiii."jawabku dengan sewot. "Lagian lo bengong,ditanyain mah jawabbbb!!!"jawab Rio tak mau kalah sewotnya. "Iyaiya mau gue, gue ganti baju dulu ya..lo tunggu sini aja!"ucapku. "Iyeee buruan ya,gak pake lamaa!" Jawab  Rio.
                                        
    Akupun bersiap-siap, baru kali ini aku bingung menentukkan baju yang akanku pakai. Aku harus terlihat cantik di depan Rio. Aku tak mengerti mengapa aku jadi seperti ini. "Tinaaaaa..... buruaannn itu si Rio nungguin di depann."teriak mama dari bawah. "Ohh iya ma.....sebentar lagi.."jawabku. Aku sudah siap dan segera turun ke bawah, entah mengapa aku sangat gugup saat ini. Dan akhirnya aku turun ke bawah untuk menemui Rio. "Duh mau kencan apa mau belajar nih...kok heboh amat.."tanya mama dengan usilnya. "Ihhhh mama apaansihh..yaudah ya ma aku pamit dulu.. daaaahh mama." Ucapku sambil lari ke depan pagar rumah. Sesampainya disana, Rio melihatku dari atas sampai bawah. Aku merasa canggung dilihati dia seperti itu,ku kira ada yang salah dengan penampilanku. "Tina..kamu cantik banget hari ini.."ucap Rio hampir tak terdengar. "Ha? Kamu bilang apa tadi?"tanyaku sekali lagi. Padahal aku sangat senang dia bilang aku cantik tetapi aku pura-pura tak mendengar karena sungkan. "Haa nggak.... nggak... yok berangkat ke buru mendung nanti."ajak Rio sambil mengandeng tanganku. Di perjalanan aku dan Rio membicarakan tentang banyak hal. Dari cita-cita hingga masa depan kita masing-masing.
                                     
    Kami pun sampai di tempat tujuan, Rio memesankan minum untukku. Aku sangat canggung saat itu,entah mengapa, aku berfikir kalau aku sudah benar-benar jatuh cinta dengannya, semua itu terbukti dari setiap kali aku dekat dengannya,aku selalu merasa nyaman dan tak mau melewatkan sedetikpun saat dengannya. Tetapi aku takut,takut kalau Rio tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Rio terlihat sangat keren dan tampan hari itu. Tiba-tiba Rio datang memecahkan lamunanku, dia membawakanku setangkai bunga mawar merah. Takku duga ternyata dia menyatakan perasaannya hari itu. "Tina, aku mau jujur sama kamu. Sebenernya dari dulu aku udah suka sama kamu. Makanya aku selalu nyari-nyari perhatian dari kamu kayak selalu jailin kamu terus. Aku takut mau ungkapin ini,takut kamu menertawakanku. Tapi menurutku,ini saatnya aku ngasih tau ke kamu yang sesungguhnya,kalo aku sayang sama kamu. Dan aku gamau kehilangan kamu tin..." ucap Rio panjang lebar. Aku terdiam dan tak terasa aku meneteskan air mata. "Lo.....serius ngomong gitu? Lagi gak bercanda kan?"tanyaku. "Iyalah Tina oon...masa lagi kayak gini gue bercanda."jawab Rio. "Sebenernya aku juga sama kayak kamu io, aku juga sayang sama kamu. Aku terlaku gengsi untuk ungkapinnya. Aku juga gamau kehilangan kamu Rio.."jawabku sambil memeluk Rio. Aku dan Rio pun berjanji agar tidak pernah bertengkar lagi. Dan mulai hari itu aku dan Rio memulai hubungan yang baru.
                                   
    Hari-hariku semakin berwarna, karena sekarang aku sudah memiliki seorang kekasih yang mencintaiku dan aku mencintainya. Dia adalah seorang yang dulunya sangat aku benci dan sekarang dia adalah orang yang paling kucintai. Kini Benciku sudah berubah jadi Cinta.