Pagi
itu seperti biasa Yao Ming sedang duduk didepan kamar kos menunggu ketiga
sahabatnya untuk bergantian mandi sambil merokok. Tidak begitu lama keluarlah
Maddog, kemudian mereka membicarakan rencana liburan untuk menunggu waktu sidang
sarjana mereka. “Cuk bagaimana kalau
kita liburan sambil menunggu waktu sidang?”, tanya Maddog. “Boleh juga tuh, mau
kemana nih, pantai, puncak, apa ke luar negeri?”, balas Yao Ming. “Nanti kita
rundingkan lagi di dalam setelah kau mandi!”, kata Maddog.
Di
dalam kamar kos ada Cage yang sedang membaca artikel melalui komputernya dan
tiba-tiba ia terkejut dengan isi artikel yang dibacanya. “Herp sini, ditemukan
seekeor kera putih di Bali”. Herp yang saat itu sedang duduk sambil menonton
televisi langsung menanggapinya dengan menuju ke kamar mandi dan kemudian
keluar lagi dengan keadaan rambut berbusa seperti orang habis memakai sampo.
“Kera putih sudah biasa, nih baru kera emas”,kata Herp dengan wajah tak
berdosa. Cage dengan sedikit kesal menimpali “Itu keramas kampret bukan kera
emas!”. “Loh ane kira keramas shampo-an”, kata Herp membalas. “Terserah lu
dah”, jawab Cage kesal.
Setelah
itu merekapun berkumpul dalam kamar kos dan membicarakan rencana berlibur yang
diusulkan Maddog. “Ada apa sih?”, tanya Cage yang dijawab oleh Yao Ming “Sambil
nunggu sidang sarjana, gimana kalau kita berlibur? lagipula bosan juga tinggal
diantara hutan beton!”. “Liburan kemana?”, tanya Herp. “Udah masalah tujuan
ditentuin nanti aja, yang penting persipan dulu”, kata Maddog. Merekapun
berunding tanpa menentukan tempat dan menghasilkan waktu dan biaya liburan
saja.
Hari
H pun tiba dan segala keperluan yang dibutuhkan sudah disiapkan dengan matang.
Mereka pun berangkat ke terminal, dan disana Maddog meminta paksa supir truk
untuk mengantarkan mereka menuju Palembang. Dengan sedikit rasa malu Yao Ming
menggerutu “Kenapa ane punya temen criminal kaya gini Tuhan. Karena satu arah
perjalanan akhirnya mereka diberi tumpangan.
Karena
Maddog terlalu banyak mengeluh kepada sang supir, mereka pun diturunkan di
tengah jalan.”Dasar manusia nggak beradat, dikasih tumpangan banyak ngeluh!”,
celoteh supir dengan nada kesal. “Maaf pak temen saya memang udah putus urat
adatnya, tapi terima kasih pak”, kata Cage. “Oke kita kemah dihutan ini!”, kata
Maddog. “Ya sudahlah, tapi barang kita dimana, apa terbawa truk tadi?”, tanya
Yao Ming. “Tidak, barang kalian sudah kubuang tadi di Selat Sunda saat
menyebrang pulau”, kata Maddog. “You don’t say!”, kata Cage. Yao Ming
menimpalinya “Dafuq kenapa ane ditakdirin punya temen kaya gini Ya Tuhan, apa
dosa hamba?”. “Biarin, biar greget!”, balas Maddog sambil tertawa. Mereka pun
mencoba bertahan dengan keadaan yang terbatas itu hingga akhirnya mereka
benar-benar terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang ada di hutan tersebut.
Suatu
hari mereka melihat seekor gajah liar dan ingin memburunya untuk dijadikan
santapan mereka. Maddog menantang diri untuk sahabatnya “Cuk ada gajah, sini
biar gua lawan gajah itu pake tangan kosong buat makan kita biar greget!”. ”Greget
ndasmu, yang ada elu mati konyol cuk!”, kata Yao Ming. Dengan nekatnya Maddog
melawan gajah tersebut dengan tangan kosong. Gajah pun pingsan terkena pukulan
Maddog yang akhirnya sekarat. ”Kau tak apa kan?”, tanya Herp. Dijawab Cage
dengan sangat kesal “Dia sehat banget Herp, udah tau dia semaput”.
Yao
Ming, Herp, dan Cage membersihkan luka Maddog. Kemudian setelah dirasa sudah
bersih, mereka bertiga ingin memotong gajah pingsan tadi dengan dengan batu.
Ketika ingin melancarkan aksinya mereka dipergoki oleh seorang pria berseragam
coklat dengan membawa senapan dan memarahi mereka. “Hai mau kalian apakan gajah
itu, apa kalian pemburu liar?”, teriak pria berseragam itu. “Tidak pak, Kami
tersesat disini, dan kami ingin memakan gajah ini”, jawab Cage. “Enak saja,
kalian tahu saya siapa?”, tanya pria tadi. “Bapak Pembina pramuka ya?”, tanya
Herp kembali. “Sembarangan kamu, saya ini polisi hutan Taman Nasional Way
Kambas, dan ini adalah gajah suaka!”, jelas pria tadi yang ternyata polisi
hutan. Mereka akhirnya dibantu oleh polisi hutan itu dan Maddog dirawat
sementara untuk memulihkan lukanya di klinik yang tidak jauh dari Taman
Nasional Way Kambas itu.
Dalam
waktu hampir satu bulan mereka berempat dihutan, akhirnya mereka diantar pulang
ke Jakarta dengan bantuan polisi hutan tadi. Beberapa hari setelahnya, mereka
berbincang-bincang mengenang liburan mereka. “ini bakal jadi liburan paling
keren yang pernah ane alamin cuk”, kata Yao Ming. “Emang kemarin kita liburan
ya?”, tanya herp konyol. Dengan kesal Cage menjawab “Nggak kemarin kita
Skripsi!”. “Lain kali kita ke Amazon buat berenang bareng piranha! Ha! Ha!
Ha!”, canda Maddog. Mereka berempat pun semakin erat dalam berteman bahkan
seperti keluarga hidup dalam kerukunan tanpa memikirkan suku, agama, ras,
antargolongan.
karya : Tri Cahyo Wicaksono