Kata Terakhir Ku Untuk Mama



                     

 “Fin ada apa? Mama mendengar suara tangisan dari kamarmu”, sambil mengetuk pintu kamar Fina. Fina kaget saat mendengar ketukan pintu kamarnya.
“Gak ada apa-apa ma, Fina baik-baik saja ma”, sambil mengusap air matanya dan segera membukakan pintu untuk mamanya.
“Kamu kenapa sayang? Kalau ada masalah cerita sama mama”, ucap sang mama.
“Gak ada apa-apa kok ma, beneran deh”, jawab Fina dengan senyuman manisnya sambil memeluk mamanya.
Fina termenung sendirian di dalam kamarnya, ia bingung mau bilang apa pada mamanya. Gelisah dan khawatir yang ia rasakan. Tanda-tanda itu baru ia ketahui beberapa bulan ini.
“Hidupku kini hanya tinggal sebuah penantian” Gumamnya dengan tetesan air mata yang mengalir di pipinya. Tak sadar tangisannya terdengar oleh mamanya.


“Ya sudah, cepat tidur, udah malam besok kan kamu sekolah”, menyuruh Fina masuk kamar dan tidur.
“OK mamaku tercinta…”
“Good night mam…” ucap Fina.
“Good night too sayang”, sambil memeluk dan mencium kening Fina.
Fina akhirnya menutup pintu dan masuk ke kamar untuk tidur.

Mentari tersenyum menyambut pagi, berharap ada suatu keajaiban datang. Jam menunjukkan pukul 6.00. Fina bersiap untuk mandi dan berangkat ke sekolah.
“Fni, sarapan udah siap, cepat turun..”, panggil sang mama.
“Iya ma, sebentar…”, teriak Fina.
Fina mulai menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan.

“Menu sarapan pagi ini apa ma?”, tanyanya sambil tersenyum.
“Ini mama masakin Nasi Goreng kesukaaanmu”, jawab mamanya.
Tiba-tiba Fina memasang muka manja untuk meminta mamanya menyuapinya.
“Ma… boleh gak aku minta suapin?”, pintanya.
“Kok tumben anak mama ini minta suapin, ada apa nih? Kok tiba-tiba anak mama manja gini?”, Tanya sambil tersenyum keheranan.
“Hhmmm… Mama bisa aja, aku kangen sama mama, jadi sekali-sekali minta suapin gak apa-apakan ma?”, dengan menunjukkan sikap manjanya.

Akhirnya sang mama menyuapi Fina dengan senang hati. Saat beberapa suapan, tiba-tiba sang mama terkejut melihat hidung Fina mengeluarkan darah.
“Fin, kamu kenapa?”, sang mama panik sambil mengusap darah yang keluar dari hidung Fina.
“Gak kenapa-kenapa ma, paling-paling cuma mimisan biasa aja”, Ucap Fina.
Fina juga bingung harus bilang apa pada mamanya. Ia tidak mau jika sang mama tau tentang penyakitnnya.
“Kita ke dokter aja Fina, sementara ini kamu izin gak masuk sekolah dulu”, bujuknya.
“Aduhh Si mama nih, aku beneran gak kenapa-kenapa ma”, meyakinkan sang mama agar tidak jadi ke dokter.
“Mama khawatir sayang jika kamu kenapa-kenapa”, ucap sang mama dengan rasa khawatir.
“Udah ma, tenang aja, Fina nih baik-baik saja mamaku tercinta”, katanya sambil tersenyum manis.
“Ma… aku berangkat dulu, ntar telat nih”, mengemasi barangnya dan langsung mencium pipi sang mama.
“Hati-hati sayang..” Teriak sang mama.

Jam, menit, detik, berlalu. Saat di sekolah fina hanya melamun terus membayangkan jika sang mama mengetahui tentang penyakitnya ini. Sang mama pasti sedih. Fina gak mau membuat sang mama sedih. Tak terasa air matanya menetes ketika membayangkan semua itu jika terjadi.
“Aku harus bagaimana, dan apa yang harus aku lakukan”, gumamnya dalam hati. Saat pulang sekolah, karena jarak rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh, Fina berjalan kaki. Tiba-tiba kepalanya pusing dan kakinya sulit tuk berjalan. Ia menahan rasa sakit itu sampai ke rumah. Saat di depan pintu, ia langsung pingsan. Sang mama yang berada di ruang tamu terkejut mendengar sesuatu yang aneh. Akhirnya sang mama membuka pintu dan terkejut melihat Fina sudah tergeletak pingsan di depan pintu. Rasa khawatir yang dirasakan sang mama. Sang mama membawa Fina ke kamar dan berusaha untuk menyadarkannya. Tak lama kemudian Fina akhirnya sadar.
“Fin, kamu kenapa?”, Tanya sang mama dengan kepanikan.
“Gak kenapa-kenapa ma, Cuma kecapekan dan kepala Fina pusing gara-gara tadi di sekolah banyak kegiatan”, jawabnya agak terlihat gugup. Fina terpaksa berbohong pada mamanya karena dia tidak ingin jika mamanya mengetahui penyakitnya.
”Bener kamu gak apa-apa? Mama takut terjadi sesuatu dengan kamu sayang”, sang mama terlihat sangat khawatir.
“Aduhh… Mama nih gak percaya sama anak sendiri, aku ini baik-baik aja ma”, ucap Fina meyakinkan mamanya.
“Ya sudah, cepat kamu ganti baju dan makan, mama akan carikan obat sakit kepala dulu”, kata sang mama sambil mengelus kepala Fina.
“Iya mamaku tercinta”, jawabnya dengan senyuman manis.

Suatu hari, Fina pergi ke dokter tanpa sepengetahuan sang mama. Fina terkejut dan langsung lemas saat dokter mengatakan jika Kanker Darah yang dideritanya sudah mencapai stadium akhir, dan itu artinya hidupnya kini tidak akan lama lagi. Saat ini dia hanya bisa mengharapkan suatu keajaiban yang terjadi. Sejak hari itu, Fina sering termenung dan lebih sering diam menyendiri. Sang mama khawatir dan heran dengan sikap Fina seperti itu. Sang mama mencoba untuk berbicara dari hati ke hati dengan Fina.
“Akhir-akhir ini kamu sering terlihat sedih dan menyendiri sayang, kenapa?”, kata sang mama dengan lemah lembut.
Fina hanya diam dan sedikit tersenyum. Suatu jawaban yang misterius bagi sang mama.
“Apakah kamu sakit sayang? Wajah kamu terlihat pucat sekali, kita pergi ke dokter ya?” mencoba membujuknya.
Fina hanya menggeleng-gelengkan kepala. Mamanya bingung harus berbuat apa.

Kamar Fina sejenak terdengar hening. Fina dan Mamanya hanya saling memandang.
“Ma…!!!”, panggil Fina.
“Iya sayang, ada apa?”, Tanya sang mama dengan membelai rambut Fina.
“Mungkin hari ini adalah hari terakhirku melihat Mama”, ucapnya dengan tetesan air mata.
Mamanya bingung kenapa Fina berbicara seperti itu.
“Sayang, kenapa kamu ngomong begitu?”, sambil mengusap air mata putrinya.
Fina tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata, hanya sebuah tangisan dan air mata yang bisa ia berikan pada sang mama.
Pada saat itu juga, tiba-tiba hidung Fina mengeluarkann darah kembali. Seperti halnya saat makan pagi beberapa hari yang lalu.
“Ini Ma yang membuatku selama ini diam dan terus diam”, tangis Fina sambil memeluk sang mama.
Saat Fina berbicara seperti itu, tak sadar tetesan air mata menetes.
“Sayang, kenapa kamu gak cerita sama mama? Mama ini sayang banget sama kamu”, sang mama tak dapat menghentikan air mata yang menetes.
“Maafkan aku ma, selama ini Fina gak jujur ke mama, Fina menutupi semua ini karena Fina tak ingin melihat mama sedih seperti ini”, ujar Fina.
Sang mama langsung memeluk putrinya.
“Ma…!!!”, panggil fina.
“Iya sayang…”, jawab sang mama.
“Selamat Hari Ibu ma…”, ucap Fina penuh dengan tetesan air mata.
Mamanya tak kuasa menahan tangisan karena terharu melihat putrinya, ia mengucapkan semua itu dalam keadaan seperti ini.
“Terima kasih sayang, mama sangat sayang kamu Fin, melebihi rasa sayang mama pada diri mama sendiri”, jawab sang mama.
“Maafkan aku ma, Fina tidak bisa memberi kado terindah buat mama, malah memberi kado pahit dan tangisan seperti ini”, ucap Fina dengan rasa menyesal.
“Bagi mama, bisa memeluk kamu adalah kado terindah buat mama”, sang mama tak kuasa menahan tangisnya.
Fina hanya membalasnya dengan tangisan dan senyuman kecil.
“Mama hanya minta kamu selalu ada di samping mama”, pintanya kepada putrinya.
“Iya ma, Ma, aku boleh tidur di pangkuan mama?”, pinta Fina kepada sang mama.
Mamanya duduk dan membiarkan putrinya berbaring di atas pangkuannya.
“Fina merasa nyaman ada di dekat mama”, ucapnya dengan tatapan mata yang berlinangan air mata.
“Mama juga senang sayang, mama sangat mencintai Fina”, membelai rambut putrinya dengan meneteskan air mata.
Hanya sebuah keajaiban yang mereka harapkan sekarang.

Beberapa detik terdiam, mata Fina mulai perlahan tuk menatap dunia, tapi dia masih sempat untuk mengucapkan sebuah kalimat “Aku Sayang Mama dan Akan Selalu Sayang Mama”. Sang mama histeris melihat putrinya mengucapkan kalimat terakhirnya dan menutup mata untuk selama-lamanya. Tetesan air mata sang mama menetes di pipi Fina.

Sebuah kado terindah dan terakhir bagi Fina bisa tertidur untuk selamanya di pangkuan sang mama. Rasa sayang Fina akan selalu ada walau kini raganya tak bisa bersama lagi dengan sang mama. Bagi sang mama, rasa Cinta dan Sayang pada Fina akan selalu ada sampai kapanpun.

Kado terakhir yang bisa diberikan Fina untuk sang mama adalah sebuah kata Sayang yang selalu abadi dalam hatinya.
Kata terakhir yang akan selalu teringat dan terkenang abadi untuk selamanya dari Fina untuk sang mama adalah “Aku Sayang Mama dan Akan Selalu Sayang Mama”.

Karya   Ghina Windiarti