PEMIXER PERASAAN




   Sore itu, aku pulang dari kampus menuju tempat kosku. tiba-tiba dari arah belakang , ada seseorang yang menarik tanganku. Dia terus menarikku ke sudut lorong yang sepi. Dia memelukku dengan erat. Tapi yang aneh aku sama sekali tidak berontak marah. Aku hanya terdiam tak tahu harus apa. “ Nurul, aku sayang kamu “ , bisik Angga di telingaku. 



   Angga melepaskan pelukannya secara perlahan. Lalu menatap tajam kedalam mataku. Semakin lama dia semakin mendekatkan kepalanya padaku. Dan…… oh Tuhan. Angga mencium pipik. Aku bingung tak tahu harus senang atau marah. Hp Angga tiba-tiba bunyi, dia menerima telpon lalu pergi begitu saja meninggalkanku. Aku terkulai lemas dan pulang dengan perasaan kacau.

   Tiga hari setelah kejadian itu, Angga mendatangi kosku. Dia meminta maaf padaku karena meninggalkanku waktu itu. Aku tak mau percaya begitu saja, dia benar-benar memixer perasaanku. Aku tak tahu apa yang Angga bicarakan, aku serasa dihipnotis. Tiba-tiba saja dengan mudah aku memaafkannya, lalu aku mengiyakan untuk menjadi pacarnya. Aku tak ingat apa-apa.

    Aku pergi kesebuah mini market untuk berbelanja keperluan kos. Makan dulu aja deh, batinku. Akupun menuju ke cafe sebelah. Aku melihat Angga dan teman-temannya. Aku ingin menyapanya, tapi langkahku terhenti. “Ngga, kamu jadian ya sama Nurul? “ Tanya salah satu temannya. “ jadian? Sama Nurul? Kalian pikir aku udah katarak apa, sampai mau jadian sama tuh cewek. Gila apa yak? Jelek , pendek , banyak bulunya kaya monyet tau. Hahahaha ejek Angga.

     Mereka semua tertawa mendengar perkataan Angga. Rasanya sakit. Jadi selam ini Angga Cuma mempermainkanku. Angga menoleh kebelakang, dia melihatku. Aku tak dapat menahan air mataku. Aku berlari menjauh darinya, tapi gagal. Dia sudah keburu memegang tanganku. “ Nurul….. “    “APA!!! “ , bentakku pada Angga. “ apa kamu tidak cukup menghinaku tadi? Lepaskan aku! Aku benci kamu “.

    “ NURUL!!! “ , bentak Angga dengan lantang membuatku takut. “ apa kamu pikir aku yang salah? Kamulah dari awal yang salah. Kamu wanita yang sangat jahat. Membuat hidupku tak karuan. Mengacaukan pikiranku. Kamu jahat , jelek , pendek , kaya monyet. Kamu membuat mataku katarak. Aku sama sekali tak bias melihat. Kenapa harus kamu? Kenapa hanya kamu yang bisa ku lihat? Dimanapun aku berada , disitu selalu kulihat dirimu. Aku benci kamu, kamu sam sekali bukan tipeku. Aku benci!!! Aku benci kenapa aku begitu mencintaimu. “ 

    Kata-katanya sejenak terhenti. Dia menggenggam jemari tanganku dan menatapku lebih dalam. “ aku gak bias sehari tanpa mendengar kabarmu. Aku gabisa sehari tanpa melihatmu. Aku gabisa kalo ga ada kamu. aku gabisa……. ” itu kata-kata terakhirnya, dia menunduk. Aku memperhatikannya, dia mulai melepaskan genggamannya. Tanpa sadar tiba- tiba, aku memeluk Angga. Aku berbisik dalam dekapannya. “ jangan lepaskan! Tetaplah seperti ini. Selamanya…..”.

Karya     :  Hamidah Komalasari