5 SAHABAT

Dino, Agam, Bimo, dan Yudha adalah 5 orang cowok yang bersahabat sejak SMA dan bisa dibilang punya tampang cukup oke. Sudah hampir sebulan sejak kelulusan mereka, mereka merasa bosan karena kesehariaan mereka hanya diisi untuk ngumpul bareng dan main bareng tanpa ada sesuatu yang baru.
Suatu hari mereka sedang berkumpul di rumah Agam yang menjadi tempat berkumpul mereka.
“bro broo, lo pada ngga bosen apa begini terus?” Tanya Raga kepada ke empat temannya yang sedang asik sendiri-sendiri.
“ya bosen sih, tapi mau gimana lagi? Gue ngga punya ide nih” jawab Yudha yang masih sibuk dengan gadgetnya
“kita mancing yok di empang engkong gue?” sahut Bimo
“idup lu mancing terus. Kita sih ogah, daripada mancing ikan mending mancing cewek. Kan lumayan bisa jadi pacar” kata Raga dengan kesal
“eh, Gam, No lo pada ngga punya ide apa?” tambah Raga
“Okeh, gimana kalo kita naik gunung? Gue udah lama banget mikirin itu tapi bingung kapan waktunya yang tepat” Agam memberikan usulan keteman-temannya itu, karena itu merupakan mimpi Agam sejak dulu
“Naik gunung? Gila lo, tapi keren juga sih ide lo” kata Dino yang sedari tadi tidak bersuara.
Dua minggu berlalu, mereka semua kini siap untuk mendaki gunung setelah sempat bercekcok mengenai usulan Agam. Dua minggu mereka lalui untuk siap-siap mendaki, mulai dari olahraga, juga menyiapkan semua yang mereka butuhkan. Mereka janjian untuk berkumpul di rumah Agam pada pagi hari dan berangkat ke stasiun kereta dengan diantar oleh supir Agam.
Sesampainya di stasiun mereka segera ke gerbong kereta yang akan mengantarkan mereka menuju ke tujuan mereka. Saat sedang masuk ke gerbong kereta Dino merasa ada yang memegang kantong celananya, saat melihat kebelakang, seseorang tak dikenal sedang memegang dompetnya.
“heh, copet lo!!” teriak Dino dan copet itu langsung lari secepat kilat dan mereka semua yang tadinya akan masuk ke kereta langsung berbalik dan mengejar copet tersebut.
“copet woyy!! Copetttt!!” teriak Yudha sambil terus berlari mengejar copet bersama ke empat temannya tersebut. Orang-orang yang mendengar segera membantu mereka juga dan akhirnya copet tersebut tertangkap berkat bantuan dari beberapa orang bapak-bapak. Dino segera mengambil dompetnya dari tangan pencopet dan mengecek isinya.
“TUUUUUUTTT” suara kereta api yang akan segera berangkat menyadarkan mereka dan mereka meminta pihak keamanan dari stasiun untuk mengurus pencopet itu. Mereka semua segera berlari mengejar kereta yang sudah mulai berjalan perlahan.
“Woy tunggu… tungguuuuu” teriak Yudha. Sedari tadi kerjaannya memang teriak-teriak terus. Tetapi kereta tidak mau berhenti. Mereka terus berlari hingga akhirnya mereka bisa masuk ke gerbong dengan nafas yang terengah-engah.
Mereka segera duduk di kursi masing-masing, beristirahat sejenak karena masih merasa lelah akibat lari-lari tadi. Beberapa menit kemudian mereka semua terlelap akibat kelelahan. Satu jam kemudian Bimo sudah bangun, tetapi yang lainnya belum bangun juga. Dengan kejahilannya Bimo membangunkan mereka
“woyy, bangun woy banguuuun. Udah mau nyampe nih. Bangun woyyyy” kata Bimo sambil menepuk nepuk tangan teman-temannya. Alhasil semua bangun dengan terkejut dan langsung bersiap-siap.
“hahahahaha mau ngapain lo pada? Masih jauh kali, udah siap siap aja” Bimo tertawa dengan puas, tetapi teman-temannya menatap Bimo dengan muka kesal.
Beberapa jam dikereta mereka lalui dengan canda tawa, bermain main, sampai kembali tidur hingga akhirnya mereka sampai di stasiun pemberhentian mereka. Keluar dari stasiun mereka harus menaiki kendaraan dulu untuk sampai di kaki Gunung.
Sesampainnya disana, mereka harus mendaftar dulu sebagai pendaki, dan mulai lah mereka mendaki. Jalan yang mereka lewati masih landai karena masih dikaki gunung. Baru sebentar mereka berjalan
“Kapan nyampenya bos? Gue capek nih” keluh Raga
“ebuset dah, baru banget jalan ini. Udah nanya kapan sampenya aja lu!” sahut Agam dengan nada kesal
“yahelah, namanya juga capek” Raga kembali mengeluh
Beberapa jam mereka berjalan, mereka sampai di post pertama dan mereka bermalam disana karena hari sudah sore. Raga, Bimo, dan Agam mendirikan tenda sedangkan Dino dan Yudha mencari kayu bakar untuk menghangatkan badan nanti malam. Hari sudah malam, dan mereka sedang duduk di dekat api unggun sambil bernyanyi. Salah satu dari mereka memiliki suara yang lumayan dan jago bermain gitar yaitu Raga. Mereka semua bernyanyi sampai Bimo membuat mereka berhenti bernyanyi karena kebelet buang air kecil dan minta ditemani karena dia takut.
“lo cowok apa cewek? Timbang kesitu aja takut” ledek Dino
“bukan masalah itu coy, ini temapt gue ngga kenal. Kalo ada apa-apa gimana?” Tanya Bimo
“yaudah gue temenin sini lo, berisik banget sih. Nyusahin aja” dengan terpaksa Agam mengantarkan Bimo
Hari sudah semakin larut dan mereka segera pergi tidur agar besok pagi mereka bisa bangun pagi dan melanjutkan perjalanan. Tapi, ditengah malam Raga terbangun dan tidak sengaja melihat ada bayangan diluar tenda seperti ada yang sedang berdiri.
“bro brooo, apaan tuh bro lagi berdiri?” Raga menggoyang-goyangkan badan Agam dan Yudha yang ada di sebelahnya. Yudha masih tetap terlelap sedangkan Agam terbangun.
“apaan sih? Gangguin orang tidur aja” kata Agam dengan mata sedikit terbuka
“itu daritadi ada yang berdiri disitu” kata Raga ketakutan
“oh, itu pohon dodol. Emang lu ngga liat apa tadi waktu diluar? Udah ah tidur lagi” Agam kembali melanjutkan tidurnya
“ohh, pohon toh. Gue kirain…” kemudian Raga kembali tertidur juga
Keesokan paginya mereka bangun, kemudian sarapan dan membereskan tenda mereka dan melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan dan berjalan, di tengah perjalanan Dino hampir saja masuk jurang karena kecerobohannya dia yang asal jalan saja tanpa melihat sekeliling dulu. Setelah beristirahat di pos 2 cukup lama mereka kembali melanjutkan perjalanan ke pos terakhir yaitu pos 3. Mereka sampai di pos 3 pada sore hari dan mereka kembali mendirikan tenda untuk bermalam. Dengan berbekal makanan yang masih ada mereka mengisi perut mereka dengan lahapnya.
Disaat semua sedang menghangatkan badan di api unggun, Yudha memilih untuk tidur duluan karena dia merasa sangat kelelahan.
“noh si Yudha udah tepar aja hahahahaha” ledek Bimo
“yee, biarin aja namanya juga capek” kata Raga
“ehh ehhh, masa si Yudha tidur sambil ngomong ngelantur noh. Gue bangunin ngga sadar-sadar. Badannya menggigil gitu lagi” kata Dino yang habis dari tenda
“gawat tuh, bisa jadi hiportemia tuhhh. Buruan kita liat” kata Agam yang sedikit mengetahui tentang gejala hiportemia.
Lalu mereka masuk ke dalam tenda dan mencoba menyadarkan Yudha namun tidak berhasil, mereka segera menyelimuti Yudha dengan semua selimut mereka.
“No, buatin teh kalo ngga coklat panas buat dia gih buruan” Agam menyuruuh Dino
“okehh okehh gue bikin” Dino segera keluar dan membuatkan minuman untuk Yudha
Beberapa lama kemudian Yudha sadar dan mereka semua memutuskan untuk tidur karena besok pagi mereka ingin melihat sunrise di puncak gunung.
Pagi-pagi sekali setelah mengisi perut  mereka meninggalkan pos 3 untuk segera ke puncak gunung untuk melihat sunrise, dengan susah payah mereka memanjat tebing-tebing yang tidak terlalu curam itu dengan hati-hati dan susah payah. Akhirnya mereka sampai dengan selamat ke puncak gunung dengan sedikit hambatan. Diatas puncak gunung mereka semua berpelukan menghadap kearah matahari terbit dengan bangga dan kemudian mengibarkan bendera merah putih. Dan akhirnya impian Agam dan teman-temannya berhasil terwujud dan ini merupakan pengalaman terindah bagi mereka semua.
Karya        : Kurniawan