Suatu hari mereka
sedang berkumpul di rumah Agam yang menjadi tempat berkumpul mereka.
“bro broo, lo pada ngga
bosen apa begini terus?” Tanya Raga kepada ke empat temannya yang sedang asik
sendiri-sendiri.
“ya bosen sih, tapi mau
gimana lagi? Gue ngga punya ide nih” jawab Yudha yang masih sibuk dengan
gadgetnya
“kita mancing yok di
empang engkong gue?” sahut Bimo
“idup lu mancing terus.
Kita sih ogah, daripada mancing ikan mending mancing cewek. Kan lumayan bisa
jadi pacar” kata Raga dengan kesal
“eh, Gam, No lo pada
ngga punya ide apa?” tambah Raga
“Okeh, gimana kalo kita
naik gunung? Gue udah lama banget mikirin itu tapi bingung kapan waktunya yang
tepat” Agam memberikan usulan keteman-temannya itu, karena itu merupakan mimpi
Agam sejak dulu
“Naik gunung? Gila lo,
tapi keren juga sih ide lo” kata Dino yang sedari tadi tidak bersuara.
Dua minggu berlalu,
mereka semua kini siap untuk mendaki gunung setelah sempat bercekcok mengenai
usulan Agam. Dua minggu mereka lalui untuk siap-siap mendaki, mulai dari olahraga,
juga menyiapkan semua yang mereka butuhkan. Mereka janjian untuk berkumpul di
rumah Agam pada pagi hari dan berangkat ke stasiun kereta dengan diantar oleh
supir Agam.
Sesampainya di stasiun
mereka segera ke gerbong kereta yang akan mengantarkan mereka menuju ke tujuan
mereka. Saat sedang masuk ke gerbong kereta Dino merasa ada yang memegang
kantong celananya, saat melihat kebelakang, seseorang tak dikenal sedang
memegang dompetnya.
“heh, copet lo!!”
teriak Dino dan copet itu langsung lari secepat kilat dan mereka semua yang
tadinya akan masuk ke kereta langsung berbalik dan mengejar copet tersebut.
“copet woyy!! Copetttt!!”
teriak Yudha sambil terus berlari mengejar copet bersama ke empat temannya
tersebut. Orang-orang yang mendengar segera membantu mereka juga dan akhirnya
copet tersebut tertangkap berkat bantuan dari beberapa orang bapak-bapak. Dino
segera mengambil dompetnya dari tangan pencopet dan mengecek isinya.
“TUUUUUUTTT” suara
kereta api yang akan segera berangkat menyadarkan mereka dan mereka meminta
pihak keamanan dari stasiun untuk mengurus pencopet itu. Mereka semua segera
berlari mengejar kereta yang sudah mulai berjalan perlahan.
“Woy tunggu… tungguuuuu”
teriak Yudha. Sedari tadi kerjaannya memang teriak-teriak terus. Tetapi kereta
tidak mau berhenti. Mereka terus berlari hingga akhirnya mereka bisa masuk ke
gerbong dengan nafas yang terengah-engah.
Mereka segera duduk di
kursi masing-masing, beristirahat sejenak karena masih merasa lelah akibat
lari-lari tadi. Beberapa menit kemudian mereka semua terlelap akibat kelelahan.
Satu jam kemudian Bimo sudah bangun, tetapi yang lainnya belum bangun juga. Dengan
kejahilannya Bimo membangunkan mereka
“woyy, bangun woy
banguuuun. Udah mau nyampe nih. Bangun woyyyy” kata Bimo sambil menepuk nepuk
tangan teman-temannya. Alhasil semua bangun dengan terkejut dan langsung bersiap-siap.
“hahahahaha mau ngapain
lo pada? Masih jauh kali, udah siap siap aja” Bimo tertawa dengan puas, tetapi
teman-temannya menatap Bimo dengan muka kesal.
Beberapa jam dikereta
mereka lalui dengan canda tawa, bermain main, sampai kembali tidur hingga
akhirnya mereka sampai di stasiun pemberhentian mereka. Keluar dari stasiun
mereka harus menaiki kendaraan dulu untuk sampai di kaki Gunung.
Sesampainnya disana,
mereka harus mendaftar dulu sebagai pendaki, dan mulai lah mereka mendaki. Jalan
yang mereka lewati masih landai karena masih dikaki gunung. Baru sebentar mereka
berjalan
“Kapan nyampenya bos? Gue
capek nih” keluh Raga
“ebuset dah, baru
banget jalan ini. Udah nanya kapan sampenya aja lu!” sahut Agam dengan nada
kesal
“yahelah, namanya juga
capek” Raga kembali mengeluh
Beberapa jam mereka
berjalan, mereka sampai di post pertama dan mereka bermalam disana karena hari
sudah sore. Raga, Bimo, dan Agam mendirikan tenda sedangkan Dino dan Yudha
mencari kayu bakar untuk menghangatkan badan nanti malam. Hari sudah malam, dan
mereka sedang duduk di dekat api unggun sambil bernyanyi. Salah satu dari
mereka memiliki suara yang lumayan dan jago bermain gitar yaitu Raga. Mereka semua
bernyanyi sampai Bimo membuat mereka berhenti bernyanyi karena kebelet buang
air kecil dan minta ditemani karena dia takut.
“lo cowok apa cewek? Timbang
kesitu aja takut” ledek Dino
“bukan masalah itu coy,
ini temapt gue ngga kenal. Kalo ada apa-apa gimana?” Tanya Bimo
“yaudah gue temenin
sini lo, berisik banget sih. Nyusahin aja” dengan terpaksa Agam mengantarkan
Bimo
Hari sudah semakin
larut dan mereka segera pergi tidur agar besok pagi mereka bisa bangun pagi dan
melanjutkan perjalanan. Tapi, ditengah malam Raga terbangun dan tidak sengaja
melihat ada bayangan diluar tenda seperti ada yang sedang berdiri.
“bro brooo, apaan tuh
bro lagi berdiri?” Raga menggoyang-goyangkan badan Agam dan Yudha yang ada di
sebelahnya. Yudha masih tetap terlelap sedangkan Agam terbangun.
“apaan sih? Gangguin orang
tidur aja” kata Agam dengan mata sedikit terbuka
“itu daritadi ada yang berdiri
disitu” kata Raga ketakutan
“oh, itu pohon dodol. Emang
lu ngga liat apa tadi waktu diluar? Udah ah tidur lagi” Agam kembali
melanjutkan tidurnya
“ohh, pohon toh. Gue kirain…”
kemudian Raga kembali tertidur juga
Keesokan paginya mereka
bangun, kemudian sarapan dan membereskan tenda mereka dan melanjutkan
perjalanan. Mereka terus berjalan dan berjalan, di tengah perjalanan Dino
hampir saja masuk jurang karena kecerobohannya dia yang asal jalan saja tanpa
melihat sekeliling dulu. Setelah beristirahat di pos 2 cukup lama mereka
kembali melanjutkan perjalanan ke pos terakhir yaitu pos 3. Mereka sampai di
pos 3 pada sore hari dan mereka kembali mendirikan tenda untuk bermalam. Dengan
berbekal makanan yang masih ada mereka mengisi perut mereka dengan lahapnya.
Disaat semua sedang
menghangatkan badan di api unggun, Yudha memilih untuk tidur duluan karena dia
merasa sangat kelelahan.
“noh si Yudha udah
tepar aja hahahahaha” ledek Bimo
“yee, biarin aja
namanya juga capek” kata Raga
“ehh ehhh, masa si
Yudha tidur sambil ngomong ngelantur noh. Gue bangunin ngga sadar-sadar. Badannya
menggigil gitu lagi” kata Dino yang habis dari tenda
“gawat tuh, bisa jadi
hiportemia tuhhh. Buruan kita liat” kata Agam yang sedikit mengetahui tentang
gejala hiportemia.
Lalu mereka masuk ke
dalam tenda dan mencoba menyadarkan Yudha namun tidak berhasil, mereka segera
menyelimuti Yudha dengan semua selimut mereka.
“No, buatin teh kalo
ngga coklat panas buat dia gih buruan” Agam menyuruuh Dino
“okehh okehh gue bikin”
Dino segera keluar dan membuatkan minuman untuk Yudha
Beberapa lama kemudian
Yudha sadar dan mereka semua memutuskan untuk tidur karena besok pagi mereka
ingin melihat sunrise di puncak gunung.
Pagi-pagi sekali
setelah mengisi perut mereka
meninggalkan pos 3 untuk segera ke puncak gunung untuk melihat sunrise, dengan
susah payah mereka memanjat tebing-tebing yang tidak terlalu curam itu dengan
hati-hati dan susah payah. Akhirnya mereka sampai dengan selamat ke puncak
gunung dengan sedikit hambatan. Diatas puncak gunung mereka semua berpelukan
menghadap kearah matahari terbit dengan bangga dan kemudian mengibarkan bendera
merah putih. Dan akhirnya impian Agam dan teman-temannya berhasil terwujud dan
ini merupakan pengalaman terindah bagi mereka semua.
Karya : Kurniawan